Burisrawa adalah anak nomor empat diantara lima bersaudara, anak dari pasangan Prabu Salya dan Dewi Setyawati, dengan urutan sebagai berikut : Dewi Erawati isteri Prabu Baladewa raja Mandura, Dewi Surtikanti isteri Adipati Karna raja Awangga, Dewi Banowati isteri Prabu Duryudana raja Hastinapura, kemudian Burisrawa dan yang bungsu adalah Raden Rukmarata. Jika empat saudara Burisrawa berparas cantik-cantik dan tampan, tidak demikian halnya dengan Burisrawa. Walaupun ia lehih gagah dan perkasa dibanding Rukmarata, ia bermuka raksasa yang menakutkan. Menurut pendapat banyak orang, Burisrawa adalah korban dari perbuatan orang tuanya pada waktu muda. Saat itu ayah Burisrawa malu mempunyai mertua Bagaspati yang adalah seorang begawan bermuka raksasa. Karena rasa malu itu Salya muda tega membunuh Bagaspati mertuanya.
Selain mukanya yang jelek, Burisrawa tidak seberuntung saudara-saudaranya. Sepanjang hidup Burisrawa tidak pernah mendapatkan cinta yang didamba siang malam dari Dewi Sembadra, adik Baladewa. Saat masih remaja ia pernah menggoda gadis pujaannya itu, tetapi ia dihalang-halangi oleh Setyaki adik sepupu Baladewa. Burisrawa pun marah dan berkelahi dengan Setyaki. Keduanya mempunyai kesaktian yang imbang, sama-sama kuat dan tidak ada yang mau mengalah. Perkelahian mereka baru berhenti setelah datang Baladewa orang yang paling ditakuti oleh keduanya untuk melerai. Pada kesempatan itu, Baladewa menjanjikan bahwa kelak Burisrawa akan dikawinkan dengan Sumbadra. Di satu sisi Burisrawa lega atas janji Prabu Baladewa, namun disisi lain ia masih menyimpan dendam yang membara kepada Setyaki. Demikian pula dengan Sentyaki, dendamnya tak pernah padam.
Selang beberapa tahun, perkelahian antara ke duanya terjadi lagi ketika Burisrawa mengamuk di Dwarawati, karena kalah bersaing dengan Arjuna dalam memenuhi tukon pengantin yang sesuai dengan permintaan Baladewa. Perkelahian ini pun terpaksa berhenti karena dilerai oleh Baladewa, namun mereka bersumpah, bahwa keduanya akan bertemu lagi dalam perang besar Baratayuda kelak. Dan perang itu adalah perang terakhir, karena tidak akan berhenti lagi sebelum salah satu diantaranya mati.
Sumpah Burisrawa dan Setyaki ini menjadi kenyataan. Saat perang Baratayuda berlangsung, Burisrawa menjadi senapati di pihak Kurawa dan Setyaki menjadi senapati di pihak Pandawa, dan ke duanya berperang atas nama dendam. Sesungguhnya dalam perang terakhir itu Burisrawa lebih unggul dalam hal stamina. Setyaki telah kehabisan tenaga dan tak berdaya di bawah cengkeramannya Burisrawa. Namun pada saat kritis, bantuan dari Arjuna datang. Burisrawa mati terkena panah Arjuna, dengan demikian Setyaki terselamatkan.
Burisrawa gugur dalam perang besar Baratyuda, meninggalkan satu isteri yaitu Dewi Kiswari anak Prabu Kiswamuka Raja Negeri Cindekembang dan satu anak yang diberi nama Arya Kiswara.
-Herjaka HS-
Selain mukanya yang jelek, Burisrawa tidak seberuntung saudara-saudaranya. Sepanjang hidup Burisrawa tidak pernah mendapatkan cinta yang didamba siang malam dari Dewi Sembadra, adik Baladewa. Saat masih remaja ia pernah menggoda gadis pujaannya itu, tetapi ia dihalang-halangi oleh Setyaki adik sepupu Baladewa. Burisrawa pun marah dan berkelahi dengan Setyaki. Keduanya mempunyai kesaktian yang imbang, sama-sama kuat dan tidak ada yang mau mengalah. Perkelahian mereka baru berhenti setelah datang Baladewa orang yang paling ditakuti oleh keduanya untuk melerai. Pada kesempatan itu, Baladewa menjanjikan bahwa kelak Burisrawa akan dikawinkan dengan Sumbadra. Di satu sisi Burisrawa lega atas janji Prabu Baladewa, namun disisi lain ia masih menyimpan dendam yang membara kepada Setyaki. Demikian pula dengan Sentyaki, dendamnya tak pernah padam.
Selang beberapa tahun, perkelahian antara ke duanya terjadi lagi ketika Burisrawa mengamuk di Dwarawati, karena kalah bersaing dengan Arjuna dalam memenuhi tukon pengantin yang sesuai dengan permintaan Baladewa. Perkelahian ini pun terpaksa berhenti karena dilerai oleh Baladewa, namun mereka bersumpah, bahwa keduanya akan bertemu lagi dalam perang besar Baratayuda kelak. Dan perang itu adalah perang terakhir, karena tidak akan berhenti lagi sebelum salah satu diantaranya mati.
Sumpah Burisrawa dan Setyaki ini menjadi kenyataan. Saat perang Baratayuda berlangsung, Burisrawa menjadi senapati di pihak Kurawa dan Setyaki menjadi senapati di pihak Pandawa, dan ke duanya berperang atas nama dendam. Sesungguhnya dalam perang terakhir itu Burisrawa lebih unggul dalam hal stamina. Setyaki telah kehabisan tenaga dan tak berdaya di bawah cengkeramannya Burisrawa. Namun pada saat kritis, bantuan dari Arjuna datang. Burisrawa mati terkena panah Arjuna, dengan demikian Setyaki terselamatkan.
Burisrawa gugur dalam perang besar Baratyuda, meninggalkan satu isteri yaitu Dewi Kiswari anak Prabu Kiswamuka Raja Negeri Cindekembang dan satu anak yang diberi nama Arya Kiswara.
-Herjaka HS-
==============================
Raden Burisrawa putera Prabu Salya di Madraka, bermuka raksasa keturunan kakek Begawan Bagaspati, seorang pendeta raksasa. Juga disebut kesatria di Madyapura. Burisrawa bertabiat kasar dan suka tertawa. Pada suatu kali berjumpa dengan Dewi Wara Sumbadra, saudara Sri Kresna, di Mandraka. Burisrawa jatuh cinta padanya, hingga sampai pada ajalnya tak pernah ia beristri dan senantiasa tergila-gila pada Wara Sumbadra.
Dengan pertolongan Betari Durga, Burisrawa pernah bertemu dengan Wara Sumbadra, tetapi Wara Sumbadra lalu bunuh diri. Kejadian itu ada dalam lakon Sumbadra Larung, yaitu mayat Sumbadra yang dihanyutkan dalam perahu di sungai Silugangga.
Oleh karena Burisrawa bermuka raksasa, merasa malulah ia ketika menghadap raja. Maka Raden Burisrawa membuat tempat menghadap sendiri yang ditutup dengan kerai, ia bersembunyi di belakang kerai tersebut. Setelah semua menghadap maka datanglah Raden Rukmarata, adiknya untuk mengabarkan berita hari itu.
Pada lakon Sumbadra larung ia kena tipu Dewi Wara Sumbadra waktu habis bangun dari kematiannya, Dewi itu ketemu dengan Burisrawa. Ketika berjumpa Sumbadra, maka atas anjuran Antareja dan Gatotkaca, Burisrawa akan dicari kutu kepalanya, dengan janji tiap-tiap.dapat kutu akan diketuk sekali di kepalanya. Disanggupinya permintaan itu oleh Burisrawa dengan besar hati. Tetapi. sebenarnya yang mengetuk kepalanya itu Antareja dan Gatotkaca. Peninglah Burisrawa waktu diketuk dan akhirnya tahulah ia penyebabnya. Burisrawa meninggalkan tempat itu dengan mengeluh dan mengadu kepada Prabu Baladewa sehingga menyebabkan perang.